• Kurumi

    Tamako Kitashirakawa is the eldest daughter of a family which runs a mochi shop in her town's bustling Tama-ya shopping district.

  • Tohka

    The story is set in a futuristic and peaceful world made possible thanks to the invention of the Manifestation Engine (示現エンジン Jigen Enjin?), which solved an energy crisis five years prior.

  • Snow Miku

    Eita Kidō enters high school with the aim to attend medical school. Due to his parents getting divorced and his intention to maintain his grades, he shuns anything to do with romance or love.

  • Tsukiko

    The story is set in a world embroiled by war between Humans and Demons. The Humans' greatest hero invades the Demon King's castle determined to vanquish her. However, instead of fighting back, the King proposes an alliance with the Hero.

 
 MY LOVE STORY

                Senin. Pagi yang cerah, sinar mentari menyinari jalanan Ibu Kota Jakarta. Manusia-manusia mulai melakukan aktivitasnya kembali. Kendaraan, mulai dari mobil mewah, busway, motor, bajai hingga becak mulai memadati Jakarta.Maklum, Jakarta tidak pernah sepi dari kendaraan, karena itulah Jakarta selalu macet. Apalagi jika hari raya, manusia hilir-mudik, ke sana- kemari, tak ada jalanan yang sepi dari kendaraan. Kecuali, ya. . . jalan cintaku ini yang selalu sepi tak ada pengunjung. Hehe…
                Namaku Ririn, lengkapnya Ririn Aryani. Aku siswa kelas IX SMP Nusa Bakti, Jakarta. Menurut teman-temanku, aku itu orangnya lucu, tomboy, dan kepedean. Tapi, aku juga termasuk orang yang pintar lho di kelasku. Aku selalu menjadi juara di kelasku. Sombong sedikit gak apa-apa ya ? Hehe… Selain itu, aku mempunyai hobi yang sedikit aneh dibandingkan dengan wanita pada umumnya. Tidak tahu menurun dari siapa hobbiku ini, karena orang tuaku tak ada yang mempunyai hobi seperti ini. Hobiku adalah Kick Boxing.  Jangan takut! Aku tidak akn meninju kalian, kalau kalian baik padaku. Kecuali, kalau kalian macam-macam padaku, pasti akan ku jadikan kalian tempe bacem, makanan kesukaanku. Hehe…
                Percaya, gak ? Aku ini belum pernah punya pacar, lho ! Ada yang mau daftar ? Mungkin, laki-laki pada takut kali, ya sama perempuan yang mempunyai hobi Kick Boxing. Padahal, aku ini cantik, manis lagi. Hehe (Ge-Er). Mungkin juga, karena aku ini tipe cewek pemilih. Aku memepunyai tipe tersendiri untuk laki-laki pilihanku. Dia harus bisa melindungiku, pintar, baik, seperti pangeranku, Rangga. Tetapi, ada satu teman laki-lakiku yang suka sama aku, dari waktu kelas VII. But, aku tak menghiraukannya. Dia selalu berjuang untuk mendapatkan cintaku. Roni namanya.
                “ Halo, My Sweety Ririn? “ Sambut Roni.
                “ Apaan sih lho! My Sweety-my sweety. Emangnya, elo siapa gue? “ Ucapku , kesal.
                “ Aku kan capar kamu. “ Jawab Roni singkat.
                “ Hah… Capar ? Apaan tuh ? “ Tanyaku, mengerutkan kening.
                “ Capar itu… Calon pacar, My Sweety… “ Jawab Roni, senyum.
                “ Calon pacar ? Gue, calon pacar elo gitu ? Ihh… Ogah banget, deh ! “Tegasku, kesal.
                Segera aku meninggalkan “Si Lebay” ,panggilanku pada Roni, yang setiap hari selalu memanggilku dengan kata “My Sweety”.
                “ Kalau Rangga yang memanggilku My Sweety sih, gak apa-apa. But, kalau si lebay.  Ihh, gak banget. “ Ucapku, sambil terus berjalan.
                Saat aku berjalan menuju kelas, tak sengaja aku bertabrakan dengan. . . Siapa hayo ? Yah, pangeranku, my first love. Wajah tampannya, senyum manisnya, membuat jantungku berdegup kencang. Bak tinjuanku pada samsak yang tak henti-hentinya. Peristiwa tadi pun berlalu, segera aku memasuki ruangan kelas. Hatiku berbunga-bunga, wajahku berseri-seri. Teman-temanku aneh melihat tingkahku, yang tak biasa begini. Segera aku duduk dibangku. Anita, teman sebangku aku pun keheranan melihat tingkahku yang tak biasa.
                “ Hei, Rin ! Kenapa, elo ? Gak biasanya, elo gak nyambut kita dengan kata Hai Guys... “ Tanya Anita.
Bayangan Rangga tadi, membuatku asik melamun sendiri, hingga aku tak menggubris pertanyaan Anita.
                “ Heh ! Ngelamun aje lho ! “ Ujar Anita, sambil menepuk punggungku, dan buyarlah lamunanku tentang Rangga.
                “ Ehh… Iya, apa Nit ? “ Ucapku, kaget.
                “ Emmhhh… Ngelamun aje ! Emang ngelamunin siapa sih ? Apa jangan-jangan, elo ngelamunin Roni, ya ? “ Goda Anita.
                “ Ihh, apa sih ! Si lebay gue lamunin ? Sorry ya, bukan. “ Ucapku, manyun.
                “ Jangan manyun gitu dong ! Kalo elo manyun, tambah jelek tau. “ Ledek Anita.
                “ Enak aja ! Muka cantik, manis gini dibilang jelek. “ Mengerlingkan mata. “ Makanya, pake kacamata dong ! Hahaha… “ Ledekku kembali.
                “ Huh elu ! Eh, emangnya elo ngelamunin siapa saih ? Ampe senyam-senyum sendiri kaya orang miring. “ Tanya Anita, sambil tertawa.
                Belum sempat aku menjawab pertanyaan Anita. Bu Asti, guru mata pelajaran matematika masuk kelas. Suasana gaduh, seketika menjadi hening. Make-up yang tebal plus ekspresi antagonis yang ditunjukkan Bu Asti, berhasil membuat anak-anak SMP Nusa Bakti takut pada sosok Bu Guru matematika itu, termasuk aku. Dengan suasana kelas yang hening, tak terasa pelajaran matematika pun usai. Bu Asti pun meninggalkan kelas. Seketika itu juga, suasana kelas pun menjadi gaduh kembali.
                “ Rin, sebenarnya siapa sih yang elo lamunin tadi ? “ Tanya Anita.
                “ Dari tadi itu mulu yang ditanyain, dasar Miss Kepo. “ Jawabku singkat.
                “ Siapa dong Rin ? Kasih tau dong ! Bisa-bisa gue mati penasaran, nih! “ Ujar Anita, memelas.
                “ Sungguh mati Nita jadi penasaran, sampai mati pun akan Nita perjuangkan. “ Ledekku, sambil berjoged.
Bibir mungil Anita mulai maju alias manyun. Sepertinya ia kesal padaku, karena tak menjawab pertanyaannya.
                “ Iya, Nit! Jangan manyun gitu dong! “ Bujukku.
                “ Abisnya, elo dari tadi gue Tanya gak ngejawab mulu. Malah ngeledek gue lagi! “ Ucap Anita, ketus dan masih manyun.
                “ Ya udah maf deh. Tadi itu, gue ngelamunin My Prince. “ Jawabku, senyam-senyum membayangkan peristiwa tadi.
                “ Oh… Rangga. “ Ucap Anita singkat.
Dengan penuh semangat, aku menceritakan kejadian saat aku bertabrakan dengan Rangga. Senyumnya, matanya, semua aku ceritakan pada Anita. Tetapi, ekspresi wajah Anita seperti orang yang kecewa, tak seperti aku yang bahagia sekali.
                “ Nit, kenapa elo gak seneng gitu ? Padahalkan sahabat elo ini lagi bahagia. “ Tanyaku.
                “ Rin, bukannya gue gak seneng. Tapi, gue kasian aja sama Roni. Tiap hari dia ngejar-ngejar elo. Eh, tapi elonya malah suka sama Rangga. “ Jelas Anita.
                “ Kebiasaan deh, elo selalu ngebelain si lebay. “ Ucapku.
                “ Gimana coba, kalo ternyata Rangga udah punya pacar ? “ Tanya Anita, menakutiku.
                “ Gak mungkinlah Rangga udah punya pacar. Karena, kayanya dia juga suka ama gue. “ Jawabku, pede.
                “ Ohh, masa ? “ Ledek Anita.
                “ Ya iyalah, masa ya iya dong. Duren aja dibelah masa dibedong. “ Jawabku, cekikikan.
Tak seperti biasanya, Anita yang selalu spontan tertawa, tetapi kali ini malah cemberut.
                “ Eh, Nit! Napa elo malah ccembberut? “ Tanyaku, heran.
                “ Rin, kasian tau duren dibelah, apalagi duren sawit. “ Jawab Anita, singkat.
                “ Hah… Duren sawit ? Apaan tuh ? “ Tanyaku.
                 “ Duda Keren Sarang Duit. “ Jawab Anita.
Serentak kami berdua pun tertawa.
                                                                                ***
                Bintang malam katakan padanya                                                                               Aku ingin melukis sinarmu dihatinya                                                                             Embun pagi katakana padanya                                                                                    Biar ku dekap erat waktu dingin                                                                               Membelenggunya
Tau gak sya’ir lagu ini ? Ya, ini adalah lagu Kerispatih yang berjudul “ Lagu Rindu “. Ini adalah lagu favoritku. Bila malam tiba, bayangan Rangga selalu hadir dalam ingatanku, dan lagu inilah yang selalu dan pasti ku nyanyikan, sambil menerawang langit malam.
Aneh! Kali ini bukan bayangan Rangga yang muncul dalam ingatanku, tetapi malah bayangan Si Lebay Roni. Tak ku sadari, bibirku merekah senyam-senyum sendiri. Teringat akan semua Roni yang tak henti-hentinya mengejarku dan kata-kata rayuannyayang lebay. Aplagi, saat teringat kejadian yang satu ini. Pernah suatu hari, saat aku mau masuk kelas, karena lantainnya licin baru dipel, kakiku teerpeleset dan “ Huppp…” Saat tubuhku akan terjatuh, tepat sosok Roni menangkap dan menahan tubuhku. Seketika itu juga, sepasang mata kami beradu. Teman-temanku yang melihat kejadian itu berdehem meledek kami. Sontak, Roni pun kaget dan terlepaslah rangkulan tangannya. “ Braak…” Tubuhku terbaring ke bawah alias jatuh. Reflek, aku pun meringik kesakitandan membentak Roni. Membayangkan kejadian itu, membuat aku sendiri tertawa geli.
                “ Kalo dilihat-lihat, Roni itu manis juga. Hidungnya mancungnya, alis tebalnya, bibir mungilnya, postur tubuhnya juga gak kalah jangkung dari Roni. Emmhh… Ya Allah, kenapa aku jadi mikirin Roni, sih ?! “ Desisku.
                                                                ***
Kring…kring… Jam bekerku berdering.
Akupun terbangun, lalu mandi dan sholat shubuh. Pagi ini , awan mendung , ku lihat langit Nampak hitam dan “ clik  “ , air gerimis membasahi wajah manisku. Untunglah aku membawa payung untuk melindungiku dari air gerimis. Sampai di sekolah , seperti biasa Roni menyambutku dengan kata “ My Sweety Ririn “, tetapi kali ini aku tak menggubrisnya. Kalau setiap hari aku gubris dan marah- marah, bisa-bisa tensi darah ku naik alias darting. Padahalkan aku masih muda, kalau muda nya saja sudah darah tinggi, gimana tuanya?
                “ Hai guys…? “ sapaku
Tetapi ,tak ada yang menjawab sapaanku , termasuk Anita. Ada apa ini? Semua orang berkerumun membicarakan Rangga. Kulihat sosok Anita di bangku kami. Wajahnya begitu sedih, segera aku pun mendekatinya .
                “Nit ! kenpa elo sedih gitu ?” Tanya ku , heran.
                “Rin, ada kabar buruk. “ jawab Anita
                “Kabar buruk? Emang kabar buruk apa Nit ?” Tanyaku penasaran.
Anita menceritakan semuanya kepada ku.
                “Apa ? Rangga udah punya pacar ?” Tanyaku kaget. Air mataku meniti satu persatu .Setelah sekian lama aku menyukainya , mengharapkan nya untuk bisa menjadi kekasihnya. Tapi kali ini, pupus sudah harapanku. Yang semakin membuatku terpukul adalah… Tasya sepupukulah yang menjadi pacar Rangga. Mungkin, ini juga karena ku, dulu Rangga pernah minta no. hp Tasya padaku. Tak kuat ku menahan dan membayangkan itu semua aku pun langsung pergi ke toilet , di buntuti Anita.
                Deraian air  mata membasahi pipiku. Setelah agak lama aku menumpahkan kesedihan ku di toilet, dengan wajah sembab aku pun keluar. Terlihat wajah cemas sahabat sejati ku. Tubuh ku terasa lemas , semakin lemas ,dan hilanglah kesadaran ku. Aku pingsan. “Braak “ Anita tak kuasa menahan tubuhku.
                Pening di kepalaku masih terasa, dengan terpaksa ku buka pelupuk mata  ku. Anita berdiri di samping ku. Wajah cemas nya begitu terlihat.
                “Nit, aku dimana? “ Tanyaku , dengan nada pelan.
                “Kamu sekarang ada di UKS Rin. “ jawab Anita lembut.
                Luka ini, masih terasa dan semakin terasa, seperti ada tusuk kan tombak tajam pada hati ku. Tetapi setelah agak lama, luka ini seakan terobati saat bayangan Roni muncul dalam fikiranku. Tidak tahu kenapa, akhir-akhir ini, bayangan Roni selalu hadir dalam otakku. Sejenak membayangkan si lebay Roni, membuat tubuh ku lebih kuat dari sebelum nya.
                “Nit, aku ingin ke kelas. “pintaku
                “Emang nya kamu udah baikkan Rin ?” Tanya Anita. Aku hanya menganggukan kepala tanda yakin. Anita segera merangkul tubuhku. Saat akan menuju kelas, kami berdua bertemu dengan si lebay Roni.
                “My sweety Ririn , gimana udah baikkan? “ Tanya Roni.
Aku tak menggubris nya, begitu juga dengan Anita. Kami geluyur meninggalkan Roni. Tetapi, dasar si lebay, emang gak ada nyerah nya. Dia berlari mengejar kami berdua. Roni tak henti-hentinya bicara, hingga membuat kepala ku pusing. Pada satu pembicaraan tentang Rangga langkah ku terhenti. Roni bicara seakan-akan memanasi ku. Panas…panas sekali, hati ku terbakar api cinta yang tak berbalas. Itu semua tak bisa lagi ku tahan. Kali ini, Roni benar-benar membuat ku emosi.
                “Buak…!”. Tak sadar aku melayangkan tinjuan ku tepat pada wajah Roni.
                “bisa diem gak sih lo! “ Bentakku, emosi.
                “Rin, elo itu ! heuh…”  ucap Roni , sambil memegang wajah nya dan meninggalkan kami berdua.
                Kali ini, Roni benar-benar marah padaku. Tak biasanya, ia berkata “elo” padaku dan meninggal kan ku seperti ini.
                “Rin, kenapa elo nonjok Roni sih ! dia itu udah baik tau sama elo, dan dia juga yang bawa elo ke UKS, waktu elo pingsan tadi. “ jelas Anita, kecewa.
                “Apa? “ ucap ku, kaget.
                “Ya, Ronilah yang membawa kamu ke UKS.” Jelas Anita. Aku terdiam mendengar ucapan Anita. Aku sangat bersalah pada Roni. Kenapa aku bisa sangat emosiseperti tadi?  Padahal Roni telah baik pada ku.
                                                                                     ***
Purnama, menemani ku dalam kesunyian malam. Peristiwa tadi masih terbayang jelas dalam benakku.
                “ Ririn, kamu itu benar-benar jahat. Padahal kan Roni udah baik sama sama kamu , Ririn…” gerutuku.
                Pagi ini aku tak melihat sosok yang selalu menyambut ku dengan kata “My Sweety Ririn”.
                “Kemana dia?” Pikirku dalam  hati.
Hari ini, terasa hampa tanpa adanya si lebay Roni. Aku khawatir akan kejadian kemarin.
                “Roni, apa elo gak apa-apa ? Maafin gue atas kejadian kemarin, Ron” Desisku , menyesal.
                “Rin, hari ini Roni gak sekolah. Mungkin karena kejadian kemarin itu. Sebaiknya, besok elu minta maaf deh ama dia.” Saran Anita.
                “Tapi, Nit. Gimana kalo Ronigak mau maafin gue? Selama ini gue udah jahat…banget ama dia.” Sesalku.
Tiba-tiba, Clara datang dengan wajah sinis nya.
                “Heh, Rin! Roni hari ini gak sekolah, wajah nya b iru bengkak. Semua itu gara-gara elo?” Cerocos Clara.
                “Tapi…” Ucapan ku terpotong.
                “Asal elo tau tau ya, Rin. Tadi gue kerumah Roni dan gue berniat memberitahukan kepada kepala sekolah. Tapi, apa? Roni malah minta gue supaya gak kasih tau hal ini sama siapa-siapa, termasuk kepala sekolahm mungkin kalau Roni gak ngalangin niat gue ini, elo udah di bawa ke ruang BP. “ Jelas Clara panjang lebar
                Aku dan Anita terdiam. Aku gak nyangka, Roni akan sebaik ini padaku.
Malam ini hujan turun. Seakan langit tahu akan kesedihan ku ini. ucapan Clara pun masih terngiang-ngiang.
                Di telingaku. Tak ku sadari, butiran Kristal hangat membasahi pipiku. Teringat akan kejadian dua hari yang lalu. Aku sangat menyesal hal itu. Kata-kata maaf dan sesal tak henti-hentinya keluar dari bibir ku. Tekad ku sudah bulat, minta maaf padanya adalah pilihan terbaik. Ya, besok aku akan minta maaf pada Roni.
                “Ron, maafkan atas kejadian itu. “ Sesal ku.
                “My Sweety, sebelum kamu minta maaf, aku udah maafin kamu kok.” Roni tersenyum manis.
                “Ron, sekali lagi aku minta maaf.” Aku menunduk.
                “Tadi aku bilang apa? Aku udah maafin kamu, my sweety.” Ucap Roni, lembut.
                “Rin, sebenarnya, aku udah lama banget cinta sama kamu. Mau gak, kamu jadi ‘princess’ dihatiku?”
                “Maaf ya, Ron. Aku gak bisa…”
                “Maksudnya?” Tanya Roni, sedih.
                “Gak bisa nolak kamu.” Jawabku, senyum.
                “Eh, Ron… tau gak apa gunanya tali?” gombalku
                “Emang apa gunanya?” Tanya Roni.
                “Gunanya…buat ngiket kita, biar gak ada yang misahin kita berdua.” Jawabku.
Kami berdua tertawa bersama. Baru aku rasakan kebahagiaan  yang seperti ini, rasanya bahagia sekali.
                “Ya Allah…meskipun Roni bukan cinta pertamaku. Tapi, jadikanlah ia cinta terakhir ku.” Do’a ku.
                                                                              SELESAI                            

cerpen



                                                    PELANGI SETELAH HUJAN
                Pagi yang dingin, kabut tipis masih menyelimuti pelataran kota Malang. Orang orang mulai sibuk mengawali aktifitas sehari- hari nya . Ckiit… decitan rem angkot berhenti di halte. Dengan bergegas aku dan Indah berjejalan masuk mulut angkot. Kami berhasil masuk dan mendapat tempat duduk,
                “Duh… gimana mau semangat ke sekolah kalau masuk angkot saja harus berdesak- desak kan..!” gerutu ku.
                “Yah, mau di gimanain lagi! Nasib….nasib…”tambah Indah.
                Kurang dari satu jam, aku sudah berada di depan gerbang SMPN 1 Malang .Indah yang sedari tadi membisu di angkot, langsung berlari ke kelas kami di lantai 2. Dia memang bagian piket hari ini. Aku menyusuli nya masuk ke kelas dengan terengah-engah sambil menarik-narik nafas ”Huh… cepat banget lari nya tuh anak…!” Fikir ku.
                IX A class room, begitu tulisan di atas papan yang tertempel di kelas yang kami tuju. Ckrckk… pintu kelas di buka “Waw… kelas kapal TITANIC terjungkir...” Ucap ku. Sampah berserak kan di mana-mana, kursi-kursi terbalik tak beraturan, dan lantai yang kotor membuat wajah Indah yang manis berubah menjadi cemberut, dengan segera ia mengambil gagang sapu dan memulai pekerjaan berat nya.
                “Ren, dari pada kamu bengong, mending kamu bantuin aku bersihin kelas!” Seru Indah
                “Emzz sorry sis, I am very bossy…! lagi pula kan aku bukan piket hari ini… Ok ! aku akan bantuin kamu, tapi bantu dengan do’a aja ya!...” Timpal ku sambil melempar senyum pada Indah.
                “Huh… kebiasaan dech..!” Gerutu Indah.
                Tak lama kemudian kelas yang tadi nya kosong kini mulai terisi dengan murid-murid yang mulai berdatangan. Kelas TITANIC terjungkir kini telah berubah menjadi istana yang nyaman, bersih, dan siap untuk tempat kami belajar.
                Treng…treng…treng…lonceng berdentang berkali-kali. Anak-anak berlarian masuk ke kelas masing-masing. Hari ini jam pelajaran matematika yang sedang kami pelajari. Pak Gito, guru paling disiplin di sekolah memberikan pertanyaan kepada para murid yang sedang kebingungan menanggapi pelajaran rumit ini, termasuk aku. Tapi untung nya aku bisa menjawab pertanyaan nya dengan baik. Dan Indah, entah apa yang sedang di fikirkan  oleh temanku si bintang kelas ini, ia tak bisa menjawab pertanyaan yang bisa di bilang cukup mudah, hingga ia mendapat teguran.
                “Ekhmz… tak seperti biasanya si juara kelas tak bisa menjawab pertanyaan seperti itu !,ada apa kawan?” Bisik ku.
                “ Gak ada apa-apa ko! Cuman lupa saja sama rumus nya !” Jawab Indah datar.
                                                                        *****
                Treng…treng…treng bel istirahat yang kami tunggu telah berbunyi, dalam hati kami bersorak gembira . Pelajaran yang sangat menegang kan telah usai , dengan semangat anak-anak berhamburan menuju kantin. Namun, di sela keramaian anak-anak menuju kantin, Indah terlihat murung dan menyendiri duduk di bangku nya.
                “ Ke kantin yuk Ndah ! udah laper nih…!”Ajak ku.
                “Gak ah, kamu aja duluan…” Jawab Indah
                “Hey…kamu kenapa sih murung terus, sakit gigi? “Tanya ku
                “Gak, aku gak apa- apa !” Jawab Indah
                “Oh…ya udah aku ke kantin dulu!, perut ku sudah laper nih…” Jawab ku sambil berlalu meninggal kan Indah yang menunduk murung di kelas.
                Sepanjang perjalanan ke kantin fikiran ku tertuju pada Indah, teman ku yang periang ini tiba-tiba berubah menjadi pemurung. “Perubahan yang aneh!” Fikir ku
                                                                         *****
                Singkat cerita, bel pulang sudah berbunyi, namun cuaca di luar tak mendukung . Hujan mengguyur kota Malang. “Waduh… harus hujan-hujanan nih!” Fikir ku. Seperti biasa, kami berdesak kan masuk angkot. Ketika turun dari angkot kami berlari menuju rumah Indah. Ya, sekarang ada kerja kelompok di rumah Indah. Alasan ku mengajukan rumah indah karena, rumah Indah tidak terlalu jauh dari  sekolah, dan lagi pula di rumah Indah ada kak Adit, kakak laki-laki Indah yang ganteng nya gak ketulungan. Walaupun awal nya Indah menolak, tapi akhir nya dengan bujukan ku dan teman teman yang lain, Indah menyetujuinya.
                “Tok…tok…Assalamua’alaikum…!” Sapaku dan kawan-kawan  di depan pintu rumah Indah.
                “Wa’alaikum salam…” Terdengar jawaban dari  dalam rumah .
                “Eh, kalian udah pulang…mau kerja kelompok ya…? Kerja kelompok nya di ruang depan ya Ndah!” Ucap kak Adit ramah.
                “Ya kak…!” Jawab kami serempak sambil senyum-senyum senang karena kak Adit yang membukakan pintu.
                Kami mulai mengerjakan tugas, membagi-bagi tugas agar semua adil, namun selang beberapa menit kami mengerjakan tugas, terdengar suara ribut di belakang dapur. Indah yang sedang sibuk dengan pekerjaan nya menyuruh kami menunggu sebentar sementara ia pergi ke dapur. Saat Indah kembali lagi duduk bersama kami dia kelihatan lebih murung.Kami tau mungkin ada hal yang terjadi dengan keluarga nya hingga kami memutuskan untuk melanjutkan nya lain waktu.
                                                                              *****
                Hari  demi hari temanku Indah berubah. Dia lebih sering menyendiri, dan aku pun sering melihat mata indah sembab seperti habis menangis, namun setiap ku tanyakan kenapa ia murung, ia selalu menjawab bahwa dia tidak apa-apa. Nilai-nilai Indah pun di sekolah semakin hari semakin anjlok menurun, hingga suatu hari dia menceritakan masalah nya kepada ku.
                “Ren, sebenar nya aku punya masalah, orang tua ku akan bercerai, dan aku berfikir bagaimana bisa aku melanjut kan sekolah ku ke SMA sedangkan aku tahu ibu tak punya cukup uang untuk menyekolah kan ku, kak Adit, dan adik-adik ku. Setiap hari yang ku dengar hanya pertengkaran dan pertengkaran saja…!” Ujar Indah dengan lirih mengusap air mata nya dengan jilbab putih nya yang bersih.
                “Indah aku tahu perasaan mu saat ini tapi, bukan berarti  harus mematah kan semangat belajar mu kan? Aku yakin kamu pasti bisa melewati semua cobaan ini , dan yakin lah kalau kamu bisa meneruskan sekolah mu dengan semangat belajar mu yang tinggi, juga kepintaran mu, dan do’a kepada sang maha kuasa…!” Ucap ku menegar kan Indah.
                “Ya, makasih Ren untuk saran nya! Sekarang aku yakin kalau aku pasti bisa melewati semua ini!” Ujar Indah dengan semangat nya yang tinggi.
                Tiba-tiba Beno dan teman-teman nya datang. Mereka adalah geng anak-anak sombong di kelas ku. Ya karena orang tua nya yang kaya raya.
                “Hey… ini zaman modern. Hari gini mana bisa sekolah tanpa uang! Mau ngapain aja harus ada uang dong….!” Ejek Beno dengan nada ejekan nya yang khas.
                “Hey…! Emang uang bisa menjamin segalanya..? gak juga tuh!” Bantah ku
                “Udah-udah biarin aja si Beno nyerocos terus, ayo kita pergi!” Ajak Indah sambil menarik tangan ku.
                “Emmz itulah bedanya si kaya dan si miskin…” Teriak Beno. Kami pun meninggal kan Beno dengan perasaan kesal.
                “Kita lihat saja nanti, apakah uang bisa menjamin segala nya !” Ujar ku.
                “Ya, kita akan buktikan kalau dengan berdo’a dan berikhtiar kita pasti bisa!” Tambah Indah dengan tangan mengepal dan semangat yang bergejolak.
                                                                                     *****
                Hari yang paling ku tunggu telah tiba. UN, inilah yang akan menentukan akhir dari kerja keras kami selama berada di SMP. Ujian berlangsung  selama 4 hari, ku kerah kan semua kemampuan yang ku bisa untuk menghadapi soal-soal rumit ini. Begitu pun Indah, dengan semangat belajar nya yang berapi-api membuat nya terlihat lebih tenang mengerjakan soal ini. Hingga berakhir lah semua ujian yang kami hadapi dan tinggal nenunggu keputusan hasil nya. Aku dan Indah cemas, tapi kami tetap optimis akan mendapat hasil yang terbaik atas kerja keras keras kami.
                Hari keputusan pun tiba, semua murid cemas menanti surat kelulusan mereka begitupun aku. Saat wali kelas memanggil namaku, aku mulai merasa panas dingin di sekujur tubuh ku hingga surat itu sampai di tangan ku.” Alhamdulillah lulus!” semua anak berteriak gembira termasuk aku dan Indah.
                Saat acara perpisahan di gelar, kepala sekolah memberikan beberapa amanat untuk kami dan menyampaikan juara umum di sekolah kami.
                “Juara pertama di raih oleh … Indah Safitri ” Tepuk tangan menggema di seluruh ruangan                              “Juara ke 2… Rena Rosiana” Tepuk tangan kembali menggema.
                                Hah … aku? Juara ke 2 ?... Aku memang  tau bahwa Indah akan juara pertama, tapi aku tak tahu bahwa aku bisa menjadi juara 2. “terimakasih ya Allah!” perasaan menyangka meliputi anak-anak SMPN 1 Malang termasuk aku! Dan di akhir pidato sang kepala sekolah, ia mengatakan bahwa juara 1,2, dan 3 akan mendapat beasiswa masuk SMA favorit . Aku dan Indah semakin tercengang. Ucapan syukur  tak henti-henti nya kami  panjat kan.
                “Hei Beno, sekarang terbuktikan kalau uang bukan jaminan untuk segalanya!” Ujar ku dan Indah bergembira.
                                                                                   SELESAI

- Copyright © 2013 tsmcommunty - Yui-Lovers V2 - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -